Perbedaan Mendasar Tradisi Toron Tana Masyarakat Madura dan Jawa
- Twiter
Sejumlah anak sanak keluarga dan tetangga juga menjadi saksi bahwa bayi tersebut sudah tidak lagi mempunyai pantangan menyentuh atau menginjak tanah.
Dalam prosesi Toron Tana, bayi akan menginjak bubur. Makanan ini terbuat dari beras ketan dicampur parutan kelapa muda dan ditumbuk hingga bercampur menjadi satu dan bisa diiris. Beras ketan tersebut diberi pewarna merah, putih, hitam, kuning, biru, jingga, dan ungu.
Jadah ini menjadi simbol kehidupan bagi anak, sedangkan warna-warni yang diaplikasikan menggambarkan jalan hidup yang harus dilalui sang anak kelak. Penyusunan jadah ini dimulai dari warna hitam hingga ke putih sebagai simbol bahwa masalah yang berat nantinya ada jalan keluar atau titik terang.
Sementara itu, makanan tradisional lainnya yang disediakan untuk acara Toron Tana berupa tumpeng dan perlengkapannya, serta ayam utuh. Tumpeng sebagai simbol permohonan orang tua agar si bayi kelak menjadi anak yang berguna. Sayur kacang panjang sebagai simbol umur panjang, sayur kangkung sebagai simbol kesejahteraan, kecambah sebagai simbol kesuburan. Sedangkan ayam adalah simbol kemandirian.
Mengambil Barang yang Sesuai Naluri Bayi
Setelah prosesi menginjak bubur 7 warna, si bayi dihadapkan dengan benda-benda yang disediakan di tempat khusus. Benda-benda tersebut berupa sisir, pensil, buku, kaca, bedak, Alquran, peralatan memasak, dan benda-benda lainnya yang kerap digunakan sebagai kebutuhannya sehari-hari kelak.
Bila ternyata bayi meraih sisir, misalnya, diyakini kelak dia akan suka bersolek dan selalu tampil dengan rapi. Bila bayi meraih pensil, bayi tersebut diyakini akan pandai menulis. Jika meraih Alquran, si bayi akan menjadi orang yang suka mengaji atau menghafal Alquran.