Ella, Seniman Inggris Riset Banjir Tulungagung Seimbangkan Ilmiah-Mitos

Seniman asal Inggris, Ella Chedburn
Sumber :
  • Madchan Jazuli/Viva Jatim

Jatim – Dunia barat yang identik ilmiah ternyata tidak semua menolak mitos. Salah satunya seniman asal Somerset, Inggris yang menggabungkan alam, teknologi, dan mistisisme meriset sejarah banjir, mitos 'Ringin Kurung' di Kabupaten Tulungagung.

Komitmen GISLI Tulungagung Bantu Program Pemerintah Jadi Poros Maritim Dunia

Ella Chedburn berkolaborasi dengan komunitas 'Gulung Tukar' serta seniman lainnya melakukan riset banjir, Ringin Kurung. Lantas, hasil riset diolah menjadi sebuah karya visual, animasi, 3D, fotografi hingga performance.

"Saya tertarik dengan mistisme, jadi seni rupa tetapi lebih ke cerita, foklor, mitos dan sebagainya. Biasanya orang barat lebih scientifik, oh saya harus menuju ke timur nih belajar atau mengalami pengalaman hal hal mistisme secara langsung," ungkap Ella Chedburn ditemui di lokasi pameran di Gutu Haus (WarGulGul) Jalan Mastrip No 18 Serut Kecamatan Boyolangu Tulungagung, Rabu 17 Mei 2023.

Baru 72,14 Persen Capaian UHC di Tulungagung

Perempuan yang pernah menjadi Asisten Program Seni  Kolektif Media Knowle West, Bristol Inggris ini mengisahkan pengalaman pertama di Asia khususnya Indonesia. Ella juga pernah ke Jepang, akan tetapi hanya untuk liburan, bukan melakukan riset ataupun berkesenian.

Mulai April 2023 lalu, ia mendapat undangan komunitas 'Gulung Tikar' ke Tulungagung Indonesia untuk membuat project riset sekaligus pameran. Program ini didukung oleh British Council dalam memfasilitasi seluruh kegiatan.

Bayi Kembar Siam di Tulungaung Tercover BPJS, dari Sebelum hingga Usai Operasi

Ella mengaku, orang timur melihat orang barat scientifik, sedangkan orang barat melihat timur sangat mitos. Ia senang bisa melakukan riset dan pameran untuk memberikan kesempatan bisa meraih setara antara dua hal ilmiah dan mitos.

"Saya Kesini untuk memberikan keseimbangan," ujarnya.

Alumnus Seni Rupa Kingston University London ini mengakui kesulitan untuk beradaptasi dalam melakukan riset dan menghasilkan karya untuk pameran. Selaun oase yang berbeda culture, juga kebiasaan orang Indonesia yang cenderung santai.

"Yang membedakan lebih dari ke cara kerjanya sih. Orang-orang disini lebih ke santai kalem, terus baru mendekati ke dekat agak tinggi. Kalau di sana mengerjakan karya (prosesnya) naik-naik-naik dan turun saat hampir selesai," imbuhnya.

Selain itu, Ella juga menggaris bawahi perihal jam karet yang ada di Indonesia. Banyak workshop-workshop hingga performance dalam pameran yang mengambil tema 'The Trees and The Wires'. Sehingga ia bersama seniman, kurator dan crew lainnya harus menjadwal acara satu jam lebih awal.

Kesan selama proses riset dan pameran, ia cukup senang dan bangga bisa mengerjakan kolaborasi. Lantaran, selama ini Ella seorang seniman perupa yang mengerjakan karya sendiri.

"Harapannya bisa berlanjut, bisa sendiri-sendiri, datanya bisa saling tukar, berkolaborasi ataupun koneksi yang sudah terbangun bisa berlanjut ke depan," terangnya.

Sebagai informasi, banyak visualisasi dalam pameran yang akan berakhir pada 27 Mei 2023 mendatang. Mulai foto masa lampau yang diterjemahkan di dalam kain putih, animasi 3D berada di dalam kolam, kostum putih, gambar sejarah Ringin Kurung di kulit hewan, hingga video performance di lokasi bersejarah.

Ella yang pernah mengenyam belajar internasional di luar negeri di Universitas Concordia di Montreal, Kanada dijadwalkan bakal terbang ke negara asalnya pada hari Jum'at 19 Mei 2023.