Pakar Kesehatan Jiwa Sebut Pelaku KDRT barangkali Miliki Masalah Mental

Ilustrasi Kekerasan
Sumber :
  • Viva.co.id

Surabaya, Viva Jatim-Pakar kesehatan jiwa, dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ, mengatakan terjadinya KDRT apabila ada tindak kekerasan secara psikis dan fisik yang membuat orang lain tertekan. 

Ditanya Masalah Perlindungan Perempuan, Prabowo: Kesetaraan Gender sangat Penting

Mirisnya pelaku kekerasan fisik ini dilakukan oleh orang terdekat yang seharusnya menyayangi kita, namun justru bertindak dengan menimbulkan trauma. Di balik itu, Zulvia mengingatkan bahwa masalah mental pun dapat melanda pelaku KDRT pada awalnya.

"Tidak hanya korban yang mengalami gangguan pada kesehatan mental, tapi pelaku KDRT mungkin memiliki masalah mental. Biasanya ada masalah pengelolaan emosi, rasa marah," ujar Zulvia dalam acara Hidup Sehat tvOne, dikutip Viva Jatim 21 Juni 2023. 

Polisi Selidiki Kasus Dugaan Penganiayaan di SMPN 2 Kota Mojokerto

Zulvia menerangkan bahwa seseorang yang tidak bisa kendalikan amarah dapat meluapkannya ketika beda pendapat dan tidak jarang bisa meluapkan kata-kata menyakitkan atau tindakan kekerasan atau kekerasan lainnya. Nantinya, perilaku ini dapat berkembang terus menerus hingga menjadi lingkaran setan yang sulit terputus.

"Banyak kasus perceraian di Indonesia salah satu faktor adalah KDRT. KDRT paling banyak terjadi karena adanya emosional tidak terkontrol. Meluapkan emosi boleh saja, tapi kalau meledak-ledak, itu jadi tanda mental tak stabil. Umumnya perilaku kekerasan bisa berulang dan timbulkan trauma," imbuhnya.

Anak Perempuan di Lamongan Dipukuli Ayahnya Hingga Patah Hidung

Maka dari itu, dokter Zulvia menjelaskan bahwa perlu melihat apa faktor pencetus dari KDRT itu sendiri. Apabila pasangan memang memiliki masalah pengelolaan emosi, perlu ditelaah faktor apa yang memicunya menjadi lebih emosional dan diskusikan sembari ajak untuk konseling ke tenaga kesehatan.

"Kenali apa saja yang bisa cetuskan marah pasangan misal ketika pulang kerja, ketika bahas isu tertentu, berusaha identifikasi dan hindari situasi tersebut. Untuk jaga kondisi tetap aman dan terhindar dari perilaku kekerasan pasangan tersebut. Bicara dan komunikasi dalam suasana netral," imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
img_title