Gapoktan Tebu Tulungagung-Blitar-Trenggalek Pakai Urea-NPK Pelangi, 1 Ha Hasilkan 100 Ton

Petani tebu yang menggunakan sistem baru dan pendampingan PT Pupuk Kaltim
Sumber :
  • Madchan Jazuli/Viva Jatim

"Itu nanti petani terus bergantian panennya. Terus berputar seperti itu, jadi petani itu tanam sekian, waktunya ini berikutnya petani ini terus. Jadi akan berputar terus," ulasnya.

Gedung UIN Tulungagung Terbakar Diduga Berasal dari Panel Listrik

Perihal pupuk yang dipakai, Akwan mengatakan untuk tanaman tebu mengingat umur masa panjang, pihaknya pilihkan pupuk berjenis melelehnya lama, berjenisn blending. Karena pupuk itu bermacam-macam material disini, kebetulan tim agronomis langsung memperlihatkan kepada petani.

Ia mengaku, sekarang petani rata-rata per hektar mengambil di 400 Kg urea dan NPK 1616 serta menduung melalui mikroba. Jadi dalam berbudidaya tidak hanya pupuk, tetapi mikroba. Pihaknya juga melalukan pembinaan pembuatan kompos yang ada mikroba.

Pria Bercelurit Rampok Minimarket Tulungagung Untuk Bayar Hutang

Pupuk NPK non subsidi dipasarkan dan dijual dengan merek dagang NPK Pelangi dengan variasi kemasan 2 kg, 5 kg, 10 kg, 20 kg, dan 50 kg. Produk pupuk NPK Pelangi memiliki beberapa keunggulan antara lain dapat diformulasikan dengan sangat fleksibel sesuai kebutuhan pelanggan dan terbukti dapat meningkatkan hasil panen.

Pada 2022 Pupuk Kaltim memproduksi pupuk NPK subsidi formula 14-12-16-4 dengan kemasan 50 kg dan disalurkan khusus tanaman kakao. Pupuk ini sangat tepat untuk meningkatkan kualitas dan hasil tanaman kakao dan tebu.

Ngedusi Kucing Jadi Adat Warga Pelem Tulungagung Doa Meminta Hujan

"Kita lakukan pendampingan. Sehingga petani ini mengembalikan dan merawat tanahnya itu dengan kotoran ayam atau sapi yang ada di sekitarnya," terangnya.

Hal itu cukup ampuh dalam membersihkan pencemaran lingkungan sekaligus bermanfaat di lahan dengan cara membuat kompos.Tim agronomis bersama petani menghasilkan produk biodex dengan proses 40 hari menjadi kompos. Serta menginjeksi dengan mikroba dengan produk ecoped.

Sehingga kompos itu mujarab, baru pupuk kimia itu hanya sebagai booster. Lantaran, Akwan mengaku di sini nanti muncul ada analisa usaha petani. Petani saat ini hanya hajar pupuk tetapi petani tidak paham. Justru dengan mikroba itu diangkat penurunan pupuk kimia  bisa di 20 persen.

"Contoh 400 kg dikurangi 20% itu produknya sama-sama 100 ton (per hektare)," jelasnya.

Pria yang pernah menjadi pendamping agronomis wilayah Kalimantan Timur ini menjelaskan petani harus merubah mindset kearah tersebut. Bisa mendorong di sektor-sektor yang lain, sebab potensi di Jawa Timur besar sekali.

Halaman Selanjutnya
img_title