Jejak Dewi Gayatri di Candi Boyolangu, Ibu Raja-raja Jawa (1)

Candi Boyolangu Kabupaten Tulungagung.
Sumber :
  • Madchan Jazuli/Viva Jatim

JatimDewi Gayatri juga dikenal dengan Rajapatni. Dalam sejarah, dia merupakan putri bungsu dari Raja Kertanegara yang kemudian menjadi salah satu istri Raden Wijaya, raja pertama Kerajaan Majapahit. Gayatri juga jadi tetenger sejarah Kabupaten Tulungagung. Jejaknya terdapat di Candi Boyolangu. Di sana terdapat arca Dewi Gayatri.

Kasus Kriminal di Tulungagung Tahun 2023 Menurun, Laka Lantas Meningkat

Soal Gayatri terdedahkan dalam talk show tentang Hari Jadi ke-817 Kabupaten Tulungagung beberapa waktu lalu. Dalam diskusi itu, pemerhati sejarah dan budaya Tulungagung Bambang Karjono menjelaskan bahwa timbul dinamika pada penetapan Hari Jadi Kabupaten Tulungagung. Dia lantas menjelaskan lima tonggak sejarah ditetapkannya hari jadi kabupaten tersebut.

Pertama, kata dia, hari jadi daerah berjuluk Kota Marmer itu diperingati setiap tanggal 1 April, merujuk pada pembentukan Kabupaten Tulungagung di masa kolonial Belanda, yaitu 1 April 1924. Namun, pro dan kontra kemudian menyeruak. 

Ratusan Atlet Ramaikan Kejuaraan Sepatu Roda di Tulungagung

Sebagian banyak berpendapat bahwa hari jadi yang ditentukan tidak boleh berdasarkan pada pemberian Belanda. Apalagi, Tulungagung sudah ada jauh sebelum kedatangan para penjajah. Pemkab Tulungagung akhirnya membentuk tim untuk melakukan penelitian tentang sejarah Kabupaten Tulungagung.

"Hari jadinya bukan dari pemberian Belanda, jauh dari situ dari hasil penelitian ada Prasasti Lawadan pada tahun 1205 masehi,” kata Bambang Karjono dikutip Viva Jatim pada Kamis, 10 November 2022. 

Butuh Waktu 14 Jam Pindahkan Prasasti Lawadan ke Museum Tulungagung

Kedua, lanjut dia, beberapa daerah yang termasuk desa perdikan —dibebaskan dari pajak bumi, pajak penghasilan dan pajak pemotongan ternak— banyak sekali di Tulungagung. Desa tersebut beberapa di antaranya di Kecamatan Sendang, Rejotangan, dan wilayah Kalangbret. 

Di wilayah Kalangbret, banyak kalangan resi-resi yang menjadi guru dewa-dewa. Sehingga ada situs makam orang tuanya Ken Dedes yang terkenal bergelar Batharaguru. Lalu, dalam Prasasti Mulamurung disebutkan sebelumnya adalah gurunya para ksatria dan raja-raja.

"Ada (desa perdikan) Kamulan dulu itu masuk Tulungagung. Sehingga salah satu Bupati Tulungagung ,Sosrodiningrat, dimakamkan di sana. Jadi, itu sumber primer. Itu situsnya ada didharmakan juga," ungkap Bambang.

Ketiga, papar dia, Tulungagung menjadi kilasan sejarah nasional adalah wawasan penyatuan Jawa, kemudian menjadi wawasan penyatuan Nusantara. Hal itu tertuang dalam Cakrawala Mandala Jawa yang dikembangkan menjadi Cakrawala Nusantara. Visi misinya pertama kali ditulis di Sendang Tulungagung, masih dalam Prasasti Mula Malurung.

"Gagasan itu muncul dari Tulungagung, kemudian diceritakan juga dalam Kitab Pararaton sekitar tahun 1400-an," imbuh Bambang.

Keempat, adanya Candi Boyolangu yang di dalamnya terdapat arca Dewi Gayatri. Diketahui, Gayatri merupakan istri Raden Wijaya sebagai Raja Majapahit pertama (1293-1309). Sehingga diberi gelar Rajapatni atau pendamping raja. Dari pasangan keduanya, lahirlah penerus Raja Majapahit, yaitu Tribhuwana Tunggadewi dan Hayam Wuruk.

Sebelum dilarung di laut, pendharmaan Gayatri singgah di Candi Pesanggrahan. Lalu sebagian abu ditempatkan di lokasi yang saat ini ada di Candi Boyolangu, Tulungagung. Sementara abu Gayatri sisanya dilarung di laut selatan.

"Gayatri adalah perempuan yang luar biasa, pendharmaannya berada di Candi Boyolangu," papar Bambang.

Kelima, terang Bambang, terdapat peristiwa pa 1600-an tentang Pangeran Tumenggung Surontani yang diminta Sultan Agung, Raja Mataram, untuk melawan VOC. Karena saat itu, Pangeran Surontani memimpin pemerintahan pertama Kademangan Wajak. 

"Ada situs makam, situs Sukondono di Wajak Lor, Tanggung dan Campurdarat. Itu kemungkinan ada [makam] Pangeran Surontani 1, 2, dan 3," jelas Bambang.