Memaknai Istilah Hidrometeorologi dan Tanda-tandanya

Banjir Trenggalek.
Sumber :
  • Madchan Jazuli/Viva Jatim

Jatim – Saat ini baru memasuki awal musim penghujan, namun aneka bencana demikian dominan terjadi di Tanah Air. bahkan hampir setiap hari dilaporkan bahwa kawasan tertentu mengalami banjir dan menyebabkan kematian warga. Muncul istilah hidrometeorologi yang seakan menjelaskan perihal kondisi alam yang ada.

Wasapada! Dua Pasien di Bojonegoro Meninggal karena DBD

Perlu diketahui bahwa hidrometeorologi adalah cabang ilmu dari meteorologi yang memelajari siklus air, curah hujan, dan berkaitan dengan iklim dan cuaca. Dengan kata lain, hidrometeorologi mencakup fenomena yang terjadi di atmosfer (meteorologi), air (hidrologi), dan lautan (oseanografi). 

Ilmu ini sangat bermanfaat untuk mempersiapkan prakiraan cuaca, cara mengantisipasi banjir, dan upaya lainnya terkait bencana hidrometeorologi. 

Cuaca Buruk, 2 Kapal Nelayan Lamongan Hilang Kontak saat Melaut

Bermacam Bencana Hidrometeorologi 

Melansir Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), bencana hidrometeorologi antara lain sebagai berikut: 

Sejumlah Daerah Dikepung Banjir, Masyarakat Diminta Waspada Bencana Susulan

Pertama, Curah Hujan Ekstrem 

Curah hujan ekstrem adalah hujan yang terjadi di suatu lokasi dengan intensitas tinggi melebihi batas curah hujan biasanya. Bencana ini dipicu oleh pembentukan awan kumulonimbus yang terjadi di lapisan atmosfer yang cukup tinggi. Kondisi ini menyebabkan curah hujan meningkat disertai angin kencang, hujan es, dan berpotensi menyebabkan angin puting beliung. 

Kedua, Angin Kencang 

Angin kencang adalah angin yang bergerak dengan kecepatan lebih dari 27,8 kilometer per jam. Angin akan berembus dari daerah dengan tekanan udara tinggi ke daerah dengan tekanan udara yang rendah. Biasanya angin kencang ini paling banyak terjadi pada peralihan musim dan sering bersamaan dengan pembentukan awan kumulonimbus. 

Ketiga, Puting Beliung 

Mirip dengan angin kencang, puting beliung akan banyak terjadi pada peralihan musim. Puting beliung biasa terjadi pada siang hingga sore hari dalam durasi yang sangat singkat, yaitu sekitar 5 menit saja. Angin puting beliung diawali dengan cuaca yang sangat panas kemudian tiba-tiba berubah mendung. Bencana hidrometeorologi ini bersifat merusak karena bergerak dengan kecepatan lebih dari 63 kilometer per jam. 

Keempat, Banjir 

Banjir adalah meluapnya air karena tanah jenuh atau jalur hidrologi tidak mampu menampung debit air hujan yang turun. Banjir rawan terjadi ketika curah hujan tinggi dan terus menerus. Dalam bentuk yang lebih parah dan merusak, banjir bisa berbentuk banjir bandang. Banjir bandang adalah meluapnya air yang terjadi dengan tiba-tiba dengan debit yang sangat besar. Banjir bandang sangat berbahaya karena bersifat merusak dan menyapu apa saja yang dilewatinya. 

Kelima, Kekeringan 

Jika bencana sebelumnya membahas mengenai bencana yang ditandai dengan meningkatkan debit air, turunnya debit air juga bisa menyebabkan bencana hidrometeorologi, contohnya kekeringan. Kekeringan terjadi akibat defisit curah hujan di suatu wilayah dalam waktu yang cukup panjang. Dampak utama kekeringan adalah minimnya akses air bersih untuk air minum dan gagal panen di ladang pertanian. Selain kelima bencana tersebut, masih banyak contoh bencana lainnya, seperti kebakaran hutan, El Nino, El Nina, longsor, gelombang dingin, dan gelombang panas. 

Bencana hidrometeorologi terbanyak di Indonesia berubah setiap tahunnya. Menurut data BMKG, bencana hidrometeorologi yang paling banyak di Indonesia tahun 2010 adalah banjir. Namun angka kejadian banjir terus menurun dan sempat meninggi kembali di tahun 2017. Data tahun 2019 menunjukkan bahwa bencana hidrometeorologi terbanyak adalah longsor sekitar 600 kejadian. Bencana terbanyak berikutnya adalah puting beliung dan banjir dengan masing-masing 400 kejadian.