Kecerdasan Buatan tak Miliki Rasa seperti Jurnalis dalam Meliput Berita

Ketua AJI Indonesia, Nani Afrida
Sumber :
  • Madchan Jazuli/Viva Jatim

Liputan Mendalam Masih Kita Butuhkan

Soal Zonasi 200 Meter Jual Rokok di RPP Kesehatan, Pemerintah Dinilai tidak Peka

Perempuan yang juga Pemred Media Online Independen ID ini mengaku dalam perkembangannya tidak usah khawatir akan tergerus. Dirinya optimis tulisan indepth masih menjadi rujukan dan mendapat hati bagi pembaca.

Ia mencontohkan seperti di Project Multatuli hingga di Kompas maupun Tempo masih bertahan. Bahkan di belakang halaman ada satu halaman khusus liputan investigasi dan indepth reporting.

330 Pasangan Ikuti Nikah Massal di Balai Kota Surabaya, Tertua Umur 70 Tahun

Nani berpesan kepada para jurnalis, sekarang harus dilakukan adalah bagaimana memperbaiki menulis indepth yang tidak bisa dilakukan oleh AI. Serta jurnalis seyogianya bisa menulis tanpa harus mengikuti isu lain.

"Penyakitnya wartawan sekarang kalau isunya tentang a yaitu semua ikut. Kalau misalnya ada isu b, b semua. Kita tidak pernah mau membuat isu baru yang lain daripada yang lain," bebernya.

Penipuan Mengatasnamakan Kejari Lamongan, Dokter RSUD Kehilangan Uang Rp20 Juta

Nani mengisahkan ketika tahun 2005 silam mengikuti Training Jurnalisme Sastrawi yang diinisiasi oleh Yayasan Pantau. Termasuk dalam satu kelas dari editor Project Multatuli, sudah diajari bahwa jurnalis jenis hardnews itu akan punah. Namun bagaimana tulisannya panjang dan ada yang membaca, yang menjadi masalah kita terbiasa tidak membaca buku biasa malas membaca panjang.

"Nah sampai kapanpun tulisan indept sama tulisan investigasi saya optimis pasti ada yang membaca," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
img_title