Kecerdasan Buatan tak Miliki Rasa seperti Jurnalis dalam Meliput Berita

Ketua AJI Indonesia, Nani Afrida
Sumber :
  • Madchan Jazuli/Viva Jatim

Perempuan yang pernah di Jakarta Post ini mengaku akibat adanya itu membuat otak menjadi pendek tidak terbiasa dengan hal-hal yang berat. Selalu mengikuti enak, dan simple, membaca lebih senang ada tulisan, warna, gambar di sosial media.

Syahrul Munir Kunjungi Golkar, Berharap Rekomendasi di Pilgub Gresik?

"Itulah yang kita makan dan anak-anak kita yang makan sekarang sedikit sekali saya melihat di kereta membaca buku, rata-rata bukanya pasti medsos. Karena mereka menganggap, wah saya sudah terliterasi dengan informasi, padahal belum tentu benar bisa juga itu hoaks," paparnya.

Ketua Bidang Gender, Anak, dan Kelompok Marginal AJI Indonesia 2021-2024 ini menanyakan kepada para wartawan sejauh mana dan berapa lama dalam sehari meliterasi diri sendiri dengan membaca di luar liputan.

Menteri ESDM Tinjau Proyek Smelter Nikel Ceria, Pemurnian Pertama Didanai Domestik

Itu menurut Nani yang masih menjadi penyakit wartawan. Hanya lebih sering membaca tulisan sendiri mulai dirubah angle, hingga menjadi lebih oanjang karena diedit oleh redaktur dan sebagainya. Namun lupa meliterasi diri sendiri untuk menambah wawasan.

"Kadang-kadang saya berpikir itu wartawan nulis apa kau tidak punya literasi membaca. Nah itu mungkin yang mesti jadi perhatian. Tapi jangan khawatir tulisan indepth dan investigasi akan tetap ada karena kita masih butuh," tandasnya. 

Kaget Diteriaki Maling, Pencuri Tusuk Wanita Paruh Baya di Surabaya