Politisasi Sepakbola dan Batalnya Piala Dunia U-20 di Indonesia

Selebrasi Timnas Indonesia U-20
Sumber :
  • Viva

Jatim – Para penggemar sepakbola tentu dikecewakan dengan keputusan FIFA yang membatalkan Indonesia jadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Apalagi, keputusan itu diambil saat perhelatan akbar itu tinggal dua bulan lagi.

Hasil Evaluasi, Manajemen Gresik United Pertahankan Beberapa Pemain di Musim 2024/2025

Tepat sebelum FIFA resmi memutuskan pembuatan tuan rumah itu, sempat ramai di media sosial penolakan terhadap Timnas Israel datang dan bertanding di Indonesia. Penolakan itu secara lantang disuarakan oleh sejumlah pihak, mulai politisi, organisasi masyarakat.

Dari pihak politisi, dua tokoh yang gencar menyuarakan penolakan adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Bali I Wayan Koster. Kemudian dari partai politik ada PDIP, PKS, PAN dan ormas KNPI, GNPF, Alumni PA 212 serta lainnya.

Al Nassr Hantam Inter Miami 6-0, Lionel Messi Pasrah Tak Berkutik

Pemerhati sepakbola, Kiai A Dardiri Zubairi mengatakan bahwa penolakan terhadap Israel itu dimotori oleh para politisi. Ia menduga erat kaitannya dengan kepentingan kontestasi Pemilu 2024 mendatang. Sebagian lagi dipicu karena faktor ideologis.

"Boleh kita ngomong bahwa FIFA tidak fair. FIFA juga mempolitisasi sepak bola. Rusia dibanned, Israel yang tiap hari melakukan teror dan kekerasan terhadap penduduk Palestina tidak. Tapi bagaimanapun FIFA punya aturan sendiri. Dan ini harus ditaati oleh anggota FIFA, dimana Indonesia termasuk di dalamnya," kata Kiai Dardiri, sapaan akrabnya, dalam status Facebooknya, dikutip Jumat, 31 Maret 2023.

Kata Ketum PSSI Usai Indonesia Masuk 16 Besar Piala Asia 2023

"Apalagi di medsos rame bahwa para Gubernur di daerah yang ditempati piala dunia telah menandatangani MOU dengan FIFA. Jadi wajar jika FIFA marah," tambah pegiat Barisan Ajaga Tana Ajaga Na'poto (BATAN) itu.

Menurut Kiai Dardiri, para politisi justru memanfaatkan momentum polemik penolakan Israel untuk menaikkan elektabilitas politiknya menjelang Pemilu 2024. Ia pun menilai, bahwa dunia politik di tanah air berada dalam kondisi yang memperihatinkan.

"Dari sini kita bisa membaca, bahwa di negeri kita soal etika politik memang di titik nadir. Para politisi merangsek ke semua penjuru mata angin, nyaris tak tersisa sejengkal pun, ingin menguasai ruang hidup yang mestinya harus disapih dan dibatasi," terangnya.

Fakta itu, lanjut Kiai Dardiri, membuat etika politik makin tercerabut dari akarnya. Para politisi bisa menggunakan apapun dan malah siapapun untuk dijadikan bahan kampanye bagi elektabilitasnya.

"Rakyat kecil dijual, rumah ibadah diembat, jalan dibuat iklan, pasar didatangi, dan piala dunia dimana seluruh negara di dunia ini memasang matanya, juga direcoki. Seandainya, mereka nanti ditemukan tehnologi yang  bisa memasang wajah mereka  di matahari, mereka juga akan lakukan," tegasnya.

Ia pun kecewa dengan ulah para politisi. Sampai-sampai menyebut tindakan yang dilakoni mereka tidak lucu. Membuat harapan dan cita-cita besar sepakbola Indonesia pupus di tengah jalan.

"Sungguh, lakon mereka gak lucu. Mereka telah membuat orang yang tergantung hidupnya dari sepakbola dan menghabiskan waktunya latihan dan main sepakbola seketika pupus," pungkasnya.