Apa Itu Egg Banking? Metode Amankan Reproduksi Perempuan untuk Masa Depan
- Viva Jatim/M Dofir
"Nah artinya ada kesempatan siapa tahu bisa egg banking, maka ini adalah hope new hope untuk penderita kanker," lanjutnya.
Profesor Budi Santoso menyampaikan, metode egg banking bisa diterapkan pada perempuan di segala usia, baik saat masa prepubertal maupun pascapubertal.
Pada pascapubertal, pasien cukup distimulasi dengan obat-obatan karena gonadotropin atau hormon yang diproduksi oleh aktivitas sel pada ovarium sudah bisa merespon dengan baik. Selanjutnya sel telur yang sudah berukuran besar akan dipanen melalui prosedur operasi untuk mengambil langsung sel telur dari ovarium. Tindakan ini disebut dengan ovum pick-up.
"Yang prepubertal ini tidak bisa dilakukan stimulasi, ini tidak bisa. Maka salah satunya ya [diambil] adalah jaringannya, tissues-nya kemudian diambil, disimpan beku. Itu yang bisa dilakukan," katanya.
Namun usia yang paling disarankan untuk menjalani prosedur egg banking adalah antara 20 hingga 35 tahun, dimana sel telur pada usia ini biasanya berada dalam kondisi terbaik.
Dari sisi teknologi, Profesor Arief Boediono menuturkan, sel telur yang diambil tersebut akan disimpan dalam tabung dengan suhu minus 196 derajat celcius agar bisa dipertahankan dengan baik hingga sampai pada waktunya kembali diambil untuk siap dipertemukan dengan sel sperma di luar rahim pada program In vitro fertilization (IVF) atau yang lebih umum dikenal dengan nama bayi tabung.
Sel telur yang disimpan tidak ada batasan waktu penyimpanan karena kualitas sel telur tersebut setidaknya dapat dipertahankan 80 sampai 90 persen dengan kondisi yang sama seperti saat dibekukan.