Mengenal Akhmad Hadian Lukita, Dirut LIB Tersangka Tragedi Kanjuruhan

Dirut LIB Akhmad Hadian Lukita.
Sumber :
  • Instagram

Jatim – Penyidik Bareskrim Polri telah menetapkan enam tersangka dalam kasus Tragedi Kanjuruhan yang menyebabkan 131 orang meninggal dunia. Salah satu dari enam tersangka ialah Dirut PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator BRI Liga 1, Akhmad Hadian Lukita (AHL). Lalu siapa dan bagaimana jejak karir AHL?

Menang Lawan PSM Makassar, Arema FC Semakin Jauh Dari Zona Degradasi

Mengutip dari VIVA, AHL lahir di Bandung, Jawa Barat, pada Maret 1965. Riwayat pendidikannya, yaitu Master of Business Administration ITB, membawanya pada profesi yang mentereng, dari bisnis di bidang teknologi informasi, energi hingga kemudian meloncat di bidang olah raga.

Sebelum di bidang sepak bola, AHL pernah menjajal karir di dunia balapan. Dia pernah menjabat sebagai Presiden Indonesia Formula One Society, kemunitas pencinta F1 pada tahun 1999.  Ia kemudian ditetapkan sebagai Dirut LIB sejak Juni 2020, menggantikan Cucu Somantri yang mundur pada Mei 2020.

Dikalahkan Bali United 0-2, Persebaya Kembali Dipermalukan di GBT

Kendati pernah bergelut di dunia balapan, namun dalam kehidupan sehari-hari AHL sepertinya tak begitu suka dengan dunia otomotif. Itu terpantau dari koleksi mobil yang diunggah di akun medsosnya. Hanya terlihat mobil Alphard yang pernah diunggah di medsosnya. 

Jika diperhatikan dari desain interior, seperti jok model captain seat, dan bagian atap dilengkapi sunroof lengkap dengan ambient light mobil yang ditumpanginya tersebut adalah Toyota Alphard, diduga lansiran 2018.

Persebaya Vs Dewa United: Tak Ada Perlakuan Khusus ke Mantan, Optimis 3 Poin

Kapolri menjelaskan, AHL ditetapkan sebagai tersangka karena dinilai abai terkait perkiraan keselamatan penonton Persebaya versus Arema FC di Stadion Kanjuruhan Sabtu pekan lalu. AHL selaku Dirut LIB tidak memperbaharui verifikasi stadion yang akan digunakan sebagai lokasi tanding, hanya menjadi acuan verifikasi tahun 2020.

AHL sendiri mengaku menghormati proses hukum yang ditangani Polri. “Kami akan menghormati proses hukum yang berlaku dan akan mengikuti tahap-tahap proses yang akan dilalui berikutnya. Kami juga berharap peristiwa kemarin menjadi pelajaran berharga bagi semuanya,” ucap Akhmad Hadian Lukita dikutip dari keterangan resmi yang diterima VIVA.

Tragedi Kanjuruhan berawal dari kekalahan yang diterima Arema F dari Persebaya Surabaya dalam laga kandang BRI Liga 1 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu, 1 Oktober 2022. Setelah pertandingan selesai, banyak suporter Arema FC turun  ke lapangan, diduga meluapkan kekesalahan atas kekalahan tim jagoan mereka.

Petugas keamanan dari Polri dan TNI pun berupaya mengadang Aremania dan mengendalikan situasi. Entah bagaimana, petugas kemudian menembakkan gas air mata, termasuk ke tribun yang dipenuhi ribuan penonton yang tak ikut turun ke lapangan. Sontak para suporter berebutan keluar namun pintu stadion belum terbuka. Akhirnya mereka terjebak, banyak yang lemas, pingsan, dan terinjak-injak.

Berdasarkan data terbaru, total korban dalam peristiwa itu sebanyak 574 orang. Rinciannya, 131 orang meninggal dunia dan 443 orang luka-luka. Dari semua itu, sebanyak 66 orang masih menjalani perawatan di rumah sakit.