Warga Muslim di Malang Sulap Rumahnya Mirip Klenteng Umat Konghucu 

Rumah dengan arsitektur China di Malang
Sumber :
  • Viva Malang

Jatim – Sebuah rumah di Malang dibangung menggunakan gaya mirip dengan Klenteng umat Konghucu. Rumah tersebut milik Norhasim yang memulai mencicil ornament sejak tahun 1992. Inisiatif tersebut dimulai saat mengumpulkan buku bekas tentang Negeri Tirai Bambu. Berawal dari situlah dia ingin mengubah rumahnya seperti bangunan di Negeri China. 

Mengenang Jasa Gus Dur pada Perayaan Imlek Indonesia

Norhasim sangat berkeinginan mempunyai rumah dengan nuansa China, akhirnya pada tahun berikutnya ia mulai mengecat dan sebagainya. 

"Tahun 2000 akhirnya saya mulai ngebet (ingin). Dan baru bisa terlaksana 2006. Ini saya cat full seperti Klenteng selama 8 bulan,” ucap Norhasim, Rabu 18 Januari 2023.

Perayaan Imlek Identik dengan Kue Keranjang, Begini Asal Usulnya

"Unik dan nyeleneh sudah itu saja kepingin saya. Pada 2006 itu selama 8 bulan saya kerjakan sendiri siang dan malam. Jadi saya cetak gambar dulu motifnya bagaimana terus saya cat serupa dengan itu. Dan jadinya seperti ini, menyerupai Klenteng," tambahnya. 

Rumah yang beralamat di Jalan Sanan, gang 11, Kota Malang ini bermotif merah dan kuning serta dipenuhi ornamen khas sebuah Klenteng.

Penyebab Klenteng Hiap Thian Kiong Mojokerto Terbakar, Diduga Akibat Lelehan Lilin 

Pria dengan 4 anak dan 6 cucu ini mengaku jika alasan ia ingin mempunyai rumah dengan motif China karena ia menganggap kebudayaan Negeri Tirai Bambu ini memiliki seni yang indah. Jadi tekadnya tersebut murni karena seni. Meskipun sebagaimana diketahui bahwa Norhasim adalah seorang muslim.

“Ini rumah saya sendiri dan kami semua muslim beragama islam. Jadi murni karena seni," tutur Norhasim. 

Ia mengecat rumah mulai dari pintu, jendela, tembo luar hingga halaman. Bahkan terpasan sejumlah patung naga di rumahnya. Selain itu terdapat tulisan Hanacaraka dan China. Sejumlah hal serupa tersebar di rumah lain milik tetangga Norhasim. 

Rumah tersebut awalnya terbuat dari bambu. Kemudian dibangung dengan permanen dengan dua lantai pada tahun 1980 an. Kemudian pada tahun 2006 rumah tersebut mulai disulap menjadi Rumah China. Rumah tersebut sudah ditempatnya sejak 1978.

Norhasim mengaku jika ia mendapat dukungan dari keluarganya, bahkan sejak tahun 2008 banyak wisatawan dalam dan luar negeri datang ke rumahnya. Selain itu terdapat kunjungan juga dari kalangan mahasiswa.

Bangunan rumah Norhasim ini belum sepenuhnya sempurna. Ia mengatakan bahwa dia akan menambah ornamen dan mencat bagian dalam hingga 100 persen. 

"Warnanya yang bikin saya senang, tertarik klenteng makanya munculnya langsung tak hubungkan dengan China yasudah saya langsung senang. Ini akan saya lanjutkan terus, karena ini masih 80 persen. Dan akan saya remajakan terutama cat ini beberapa ada yang perlu diperbarui," ujar Norhasim.