Mahasiswa Grojok Air ke Ketua DPRD Trenggalek Usai Dilantik

Ketua Sementara DPRD Trenggalek, Doding Rahmadi basah kuyup.
Sumber :
  • Viva Jatim/Madchan Jazuli

Trenggalek, VIVA Jatim – Momen pelantikan sumpah janji Anggota DPRD Trenggalek langsung disambut aksi damai Aliansi Mahasiswa Trenggalek

Kampanye di Lingkungan Kampus, PMII Jatim Siap Fasilitasi Ciptakan Demokrasi Cerdas

Ada salah satu momen, selain melakukan orasi berapi-api, hingga melantik langsung DPRD di pinggir jalan. Hingga mengguyur air ke Ketua Sementara DPRD Trenggalek.

Puluhan mahasiswa menuntut mengawal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) hingga perubahan di tubuh DPRD Trenggalek. Aksi tersebut dilakukan tepat di depan gerbang utama Pendopo Manggala Praja Nugraha.

Koordinator Aksi Aliansi Mahasiswa Trenggalek, Mamik Wahyuning Tyas mengatakan bahwa aksi ini untuk mengawal putusan MK. Karena DPR RI telah memperkosa putusan masyarakat juga dan putusan Mahkamah Konstitusi telah mengobrak-abrik untuk merevisi undang-undang Pilkada.

"Itu untuk kepentingan pribadi karena dengan adanya itu kami juga turun ke sini dan prosesi ini tadi. Kami juga berterima kasih kepada dewan yang telah terjun ke sini. Prosesi yang dimana membasuh tangan ke dewan," ujar Mamik Wahyuning Tyas, Senin, 26 Agustus 2024.

Kembali Dilantik, Prof Haris Lanjutkan Amanah Jadi Rektor Unhasy Jombang Periode 2024-2028

Selain itu, koordinator aksi lain Beni Kusuma Wardani menerangkan untuk isu lokal, DPRD Trenggalek pad periode sebelumnya telah habis melakukan perjalanan dinas dengan menelan biaya mencapai Rp 3 miliar.

"Itu sebenarnya dari kami masyarakat sipil bahwa kalau DPRD Trenggalek ini tidak memiliki hasil apa-apa dari perjalanan dinas. Mereka tidak membuat laporan kepada masyarakat apa yang di dapatkan selama perjalanan dinas," papar Beni.

Beni menambahkan tuntutan 5 tahun ke depan kepada anggota dewan yang baru agar lebih memperhatikan masyarakat Trenggalek. Terutama dalam partisipasi masyarakat seperti pembuatan Undang-undang peraturan daerah.

Pemuda yang kuliah di STKIP PGRI Trenggalek ini mengaku salah satu contoh adalah terkait Pajak Daerah dan Retribusi. Masyarakat ingin dilibatkan dalam pembentukan peraturan sebagaimana diketahui bahwa peraturan harus dibuat bersama-sama.

"Termasuk disepakati bersama-sama maka disebutlah peraturan," tandasnya.

Sementara, Ketua Sementara DPRD Trenggalek Doding Rahmadi menanggapi aksi

puluhan mahasiswa. Ia mengakui cakupan uji publik sebelum sebuah peraturan ditetapkan kurang luas.

"Nanti kita usahakan cakupannya lebih luas sehingga ketika aturan diterapkan bisa tahu lebih dahulu. Bisa memahami dan sebagainya ketika uji pubik kita laksanakan," papar Doding.

Pantauan VIVA Jatim, awalnya ada dua pemuda yang menggelar aksi diam dengan membentangkan poster 'Rakyat Koesa' #daruratdemokrasi, satu poster lain berbunyi 'DPRD Kamu Ini berdoa Banget'. Dengan mengenakan pakaian berbaju hitam dengan satu payung hitam seperti aksi kamisan dari aktivis setiap minggu di beberapa daerah.

Setelah sumpah janji DPRD Trenggalek 2024-2029 selesai, massa mulai berdatangan dan menggelar aksi treatikal sebuah tempat keranda kecil yang menunjukkan matinya sebuah demokrasi.

Sempat memanas lantaran permintaan mahasiswa untuk semua anggota dewan yang baru dilantik bisa ditemui. Namun nihil, hanya segelintir yang menemui pengunjuk rasa. Luapan emosi dilontarkan menggunakan kata-kata.

Beberapa belas menit ganti berposisi duduk dengan membacakan beberapa tuntutan. Tuntutan setelahnya meminta DPRD dilantik oleh pengunjuk rasa. Di akhirnya ada prosesi mencuci tangan dan mengguyur kepala Ketua DPRD Trenggalek menggunakan air setaman.

Doding Rahmadi mengiyakan permintaan massa, dengan mencopot kopiah, politikus PDIP ini menerima guyuran air dari pendemo. Alhasil basah kuyup menjadi pemandangan setelahnya.