Merawat Ribuan Tukik di Pantai Kili-Kili

Tukik atau anak penyu
Sumber :
  • Madchan Jazuli/Viva Jatim

Jatim – Sekira 770 ekor anak penyu atau tukik berbondong-bondong merayapi hamparan pasir Pantai Kili-Kili di Desa Wonocoyo, Kecamatan Panggul, Kabupaten Trenggalek, Jumat pekan lalu. Pelan tapi pasti, kumpulan reptil laut itu berbondong-bondong menuju bibir pantai, menuju hidup baru mereka di laut lepas.

Ratusan Pedagang Bakal Geruduk Pendapa Trenggalek gegara Retribusi Mencekik

Ratusan tukik yang dilepasliarkan itu adalah buah dari kegiatan konservasi tukik yang dikembangkan oleh masyarakat setempat. Hingga Agustus, total sudah sekira 2.500 ekor tukik yang menetas dan dilepasliarkan relawan di sini. 

“Alhamdulillah, setiap tahun rata-rata anak penyu kita lepas ada sekitaran 5 ribu sampai 6 ribu mulai tahun 2010,” kata Ketua Pokmas Pengawas Konservasi Penyu Taman Kili-kili, Ari Gunawan.

Mas Ipin: Pemulihan Pasca Banjir Munjungan Trenggalek Ditangani Secara Cepat

Pantai Kili-Kili bisa dibilang surganya tukik di kawasan pantai selatan Trenggalek. Di pantai yang banyak ditumbuhi pandan ini merupakan tempat bertelurnya penyu laut. Beberapa jenis penyu yang biasa bertelur di sini, yaitu Penyu Abu-abu atau Lekang (Lepidochelys Olivacea) dan Penyu Hijau atau Green Turtle (Chelonia Mydas). 

Ada juga Penyu Sisik atau Hawksbill Turtle (Eretmochelys Imbricata) dan Penyu Belimbing atau Leatherback Turtle dengan nama Latin Dermochelys Olivacea. Untuk saat ini, hanya Penyu Lekang yang mendatar di pantai dan bertelur.

Kemensos Beri 60 Titik Instalasi Air Bersih di Trenggalek, Novita: Pemantik Masyarakat Hidup Sehat

Di pantai yang berlokasi di antara Pantai Pantai Pelang dan Pantai Konang ini juga berdiri Konservasi Penyu Taman Kili-Kili yang dikelola Ari dan kawan-kawan. Ari menuturkan, taman konservasi tersebut berdiri setelah masyarakat sekitar mulai sadar pentingnya menjaga ekosistem laut. “Kesadaran masyarakat berubah baru mulai 10 tahun yang lalu. Saat itu kami bersama-sama masyarakat melakukan konservasi,” ujarnya.

Dia menceritakan, saat itu tak mudah membuat masyarakat setempat sadar. Sebab, kata Ari, penyu dan telurnya merupakan sumber mata pencaharian warga sekitar pantai. Setelah taman konservasi penyu berdiri, ada sebanyak 11 sampai 22 orang yang menjadi relawan. Lama-lama jumlahnya menyusut dan sekarang tersisa lima orang. 

“Area 1,8 kilometer ini dikelola oleh lima orang bersama warga sekitar,” kata Ari.

Ada dua kendala dihadapi relawan saat menjaga dan merawat penyu dan tukiknya di Pantai Kili-Kili. Yaitu predator dan sampah laut. Dua faktor ini ancaman bagi penyu dan tukik di sana. Ari dan tim mengaku sering menemukan penyu mati di bibir pantai. Begitu dibedah, kebanyakan ditemukan sampah plastik di tubuh satwa bertempurung keras itu.

Ari berharap, ke depan dua faktor pembunuh penyu dan tukik itu berkurang. Tentu saja itu membutuhkan kesadaran masyarakat dan pengunjung pantai tentang pentingnya menjaga ekosistem laut dan pantai. Dia berharap ke depan Pantai Kili-Kili nyaman dikunjungi dan aman buat penyu dan anak-anaknya. 

"Pantai ini kita jaga, karena konservasi penyu tidak hanya mengkonservasi penyu dan telurnya, tetapi juga daratnya. Ketika ekosistem daratnya berubah, penyu tidak akan kembali ke sini,” kata Ari.