Oknum Pembina Pramuka Diduga Cabuli Siswi SD di Sukomanunggal Surabaya

Pria diduga pelaku cabul saat dikeler petugas kepolisian.
Sumber :
  • Viva Jatim/M Dofir

Surabaya, VIVA Jatim – Seorang oknum pembina pramuka berinisial Z, diamankan petugas kepolisian usai diduga mencabuli sejumlah siswi Sekolah Dasar [SD] di kawasan Sukomanunggal, Kota Surabaya.

Kecelakaan di Kenjeran Surabaya, Hyundai Seruduk Pembatas Jalan dan Pohon

Salah seorang guru di SD tersebut mengungkap, Z diduga menjalankan aksi cabulnya ketika kegiatan Perkemahan Jumat Sabtu alias Perjusa.

"Korban pencabulan waktu itu Jumat [13 September 2024] malam menangis. Korbannya lebih dari satu, dari kelas 5 dan 6," katanya guru tersebut yang menolak identitasnya disebut, Sabtu, 14 September 2024.

Pemotor Tanpa Helem di Surabaya Kabur saat Dikejar Polisi, Ternyata Bawa Pil Koplo

Seorang korban kemudian dikatakannya, melapor kepada pembina Pramuka lain. Termasuk beberapa guru di sekolah yang bersangkutan.

Mendapati laporan anak didiknya, para guru selanjutnya meneruskan ke pihak berwajib. Terduga pelaku akhirnya digelandang anggota Kepolisian Sektor Manunggal ke kantor polisi untuk menjalani pemeriksaan.

Garap Potensi Surabaya, Bank INA Buka Cabang Kedua di Jalan Bukit Darmo

"Penangkapan habis zuhur, sekitar pukul 12.00 WIB. Tepat setelah penutupan Perjusa hari ini," lanjutnya.

Sebuah video menampilkan petugas kepolisian tengah menggelandang seorang pria berperawakan kurus dan berjenggot beredar di jejaring sosial. Pria tersebut tampak mengenakan kaos putih lengan biru dan bawahan celana cokelat dalam keadaan tangan terborgol.

Pria tersebut dibawa keluar petugas kepolisian dari bangunan mirip sekolah menuju mobil Unit Lalu Lintas Kepolisian Sektor Manunggal.

Kepala Kepolisian Sektor Sukomanunggal, Komisaris Polisi Zainur Rofik ketika dikonfirmasi perihal video tersebut membenarkan bila pria tersebut diduga pelaku asusila.

"Iya. Itu korbannya anak masih sekolah SD. Dibawa ke PPA [Pelayanan Perempuan dan Anak] Polrestabes [Kepolisian Resor Kota Besar] Surabaya karena [korbannya] di bawah umur. Kita tidak menangani," tandasnya.