Banyak Korban Tragedi Kanjuruhan, Berikut Etika Melayat dalam Islam

Jenazah Briptu Fajar Yoyok Pujiono tiba di rumah duka
Sumber :
  • VIVA Jatim/Madchan Jazuli

Jatim – Tragedi yang cukup memilukan terjadi pada Sabtu, 1 Oktober 2022. Karena setidaknya ada 125 jiwa melayang saat peristiwa bentrok antara supporter Arema FC dengan pihak keamanan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.

Menang Lawan PSM Makassar, Arema FC Semakin Jauh Dari Zona Degradasi

Sebagai bentuk kepedulian dan empati kepada korban maupun pihak keluarga, Islam menyarankan untuk melakukan takziah atau melayat. Yakni mengunjungi orang yang sedang tertimpa musibah kematian salah seorang keluarga atau kerabat dekatnya. 

Para ulama umumnya memiliki pendapat yang sama bahwa hukum bertakziah adalah sunnah. Oleh karena itu setiap orang Islam sangat dianjurkan bertakziah untuk menguatkan jiwa atau suasana batin orang yang sedang tertimpa musibah agar memiliki kesabasaran dan ketabahan menerima musibah tersebut. 

Dikalahkan Bali United 0-2, Persebaya Kembali Dipermalukan di GBT

Setidaknya ada empat adab orang bertakziah:

Pertama, menghindari hal yang tidak pantas atau tabu. 

Persebaya Vs Dewa United: Tak Ada Perlakuan Khusus ke Mantan, Optimis 3 Poin

Bertakziah sudah pasti berbeda dengan menghadiri pesta perkawinan. Oleh karena itu cara berpakaian dalam bertakziah tidak sebaiknya disamakan dengan menghadiri pesta perkawinan yang cenderung glamor. Demikian pula cara bersolek atau berdandan juga tidak sebaiknya terlalu menor atau memakai parfum baunya terlalu kuat. 

Suasana takziah adalah suasana berkabung dan bukan suasana bersuka cita. Hendaknya cara berpakaian dan berdandan sewajarnya saja dengan tetap menjunjung tinggi asas kepatutan dan kesopanan.    

Kedua, menampakkan rasa duka. 

Setiap kematian seseorang pasti menimbulkan perasaan duka yang mendalam terutama bagi keluarga atau kerabat dekat yang ditinggalkannya. Oleh karena itu orang yang bertakziah dianjurkan untuk ikut merasakan rasa duka itu dengan menampakkan wajah duka sambil mengucapkan secara tulus rasa bela sungkawa. Sangat baik apabila ungkapan bela sungkawa itu diikuti dengan doa semoga tabah dan sabar menerima musibah yang memang sudah merupakan suratan takdir dari Allah SWT.    

Ketiga, tidak banyak bicara. 

Dalam suasana duka, orang yang sedang tertimpa musibah kematian, biasanya cenderung diam dan tidak ingin diajak berbicara lama-lama. Oleh karena itu orang yang bertakziah jika ingin mengajak berbicara kepada pihak yang sedang berduka cukup seperlunya saja. 

Demikian pula di antara orang-orang-orang yang bertakziah sebaiknya kalau berbicara satu sama lain cukup seperlunya dan pelan agar tidak menimbulkan suasana berisik. Apalagi tertawa terbahak-bahak, sungguh hal ini tidak baik dan tidak etis dari sudut mana pun.

Keempat, tidak mengumbar senyum. 

Poin keempat ini memiliki kaitan erat dengan poin-poin sebelumnya, yakni tidak mendukung ketiganya. Oleh karena itu meskipun dalam keadaan normal senyum termasuk sedekah, tetapi dalam konteks takziah sebaiknya bisa menahan diri untuk tidak mengumbar senyum. Tentu saja senyum dalam batas-batas yang wajar masih bisa ditolerir. Intinya adalah senyum memiliki makna kegembiraan yang dalam konteks takziah tidak baik khususnya jika ditujukan kepada pihak yang sedang berduka sebab hal ini sama saja tidak menghormati perasaannya.