Begini Cara Pakar Pendidikan Bijak Memilih Sekolah Negeri atau Keislaman

Siswi sekolah dasar saat jam istirahat
Sumber :
  • Madchan Jazuli/Viva Jatim

Sudut Pandang Orang Tua

50 Advokat dan Akuntan Publik Jalani Pendidikan, Pimpinan AKPI: Penting Bekerja Profesional!

Meski Khusna pakar pendidikan, ia mencoba mengamati kedua buah hatinya yang sekolah di lembaga pendidikan negeri dengan yang di lembaga keislaman. Ia memilih lembaga keislaman mempunyai prinsip, anak harus dilandasi dulu dengan agama.

Kemudian, setelah agama kuat, anak akan bisa membedakan mana yang baik dan benar. Ibaratnya, Khusna sebagai orang tua saya memenuhi kewajiban saya untuk menyekolahkan anak di lembaga yang terbaik.

Komitmen GISLI Tulungagung Bantu Program Pemerintah Jadi Poros Maritim Dunia

Selain itu, dirinya merasa lebih tenang dengan orang tua yang mempunyai kesibukan padat di setiap hari. Misalnya yang jarang pulang, maka ia menitipkan anak di lembaga agama lebih nyaman. Kemudian melihat anaknya ngaji, Khusna merasa lebih bisa dibanding dengan yang tidak sekolah di lembaga keislaman.

"Tapi ada plus minusnya. Mungkin lembaga keislaman sebagai dia akan mengejar keilmuan agamanya apalagi ada target harus hafal sekian. Sehingga lemah di bidang akademik" ungkapnya.

Baru 72,14 Persen Capaian UHC di Tulungagung

Perempuan yang tengah menempuh doktoral di Universitas Negeri Malang (UM) tidak menyudutkan sekolah negeri. Anaknya yang sekolah di lembaga pendidikan naungan Diknas akan lebih bisa dalam akademik. Tetapi lemah di keagaaman, sehingga Khusna harus mendatangkan guru ngaji setiap sore.

"Nah yang di sekolah keislaman agamanya bagus, shalatnya bisa, tetapi dari segi akademik dibanding dengan negeri itu kurang," imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
img_title