Mengenal Batik Ulur Wiji, Brand Lokal Mojokerto yang Go Internasional

Pembatik Ulur Wiji di Desa Pandan Krajan, Kecamatan Kemlagi, Mojokerto
Sumber :
  • VIVA Jatim/M Luthfi Hermansyah

Khusus batik berbahan kain sutra, ia sendiri produksi dengan jika ada pesanan khusus. Sebab, harga kain sutra sendiri terbilang cukup mahal, Rp 150 - 250 ribu per meter. Harga jual batik Ulur Wiji berbahan kain sutra bisa mencapai Rp1,2 juta. 

EJFH 2024, Ikon Pariwisata Budaya Skala Internasional di Jawa Timur

“Ketentuan harga berdasarkan bahan dasar dan motif. Paling diminati kain tansel sama linen. Sedangkan motif yang galaxi paling laris,” terangnya.

Proses menggambar motif batik Ulur Wiji

Photo :
  • VIVA Jatim/M Luthfi Hermansyah
Resmi Dilantik, DPC ISSITA Sumenep Ingin Wujudkan Episentrum Wisata Dunia

Tidak hanya produk kain batik, Ulur Wiji juga memproduksi baju batik berbagai model. Seperti kebaya, tunik, blouse, kaftan, dress, kemeja, dan hijab.

Nesta merintis usaha batik Ulur Wiji sejak tahun 2019. Ia memberdayakan perempuan-perempuan Desa Pandan Krajan. Hal itu selaras dengan visi dan falsafah nama Ulur Wiji, yakni menabur benih kebaikan. 

Bareng Kemenparekraf, ESB Sokong Digitalisasi UMKM agar Untung

“Sesuai dengan visi kami, kami ingin memberikan kesempatan bagi perempuan-perempuan  di desa ini mencari penghidupan, ekonomi, menyalurkan  bakat. Mereka di sini bisa berkarya,” ujar istri dari Joko Santoso itu.

Di awal-awal, Nesta sendiri yang mengajari cara membatik dan menjahit kepada perempuan-perempuan di desanya. Karena dulu dirinya sempat sekolah fashion di Surabaya, mengikuti seminar textil, dan belajar batik di Semarang. Kini, sedikitnya ada 12 orang yang setiap hari bekerja d isana. 

Halaman Selanjutnya
img_title