Pengakuan Pilu Pria Mojokerto Nekat Jual Ginjal Demi Lunasi Utang

Ipang Parta Murdiani, Pemuda Asal Mojokerto yang Nekat Jual Ginjalnya
Sumber :
  • M Lutfi Hermansyah/Viva Jatim

JatimIpang Parta Murdiani (33), Warga Desa Banjaragung , Kecamatan Puri, Mojokerto Mojokerto ini nekat menjual ginjal gegara terjerat hutang di Kelompok Simpan Pinjam (KSP) dan ditipu orang. Ia terpaksa menawarkan ginjalnya demi melunasi hutang serta mencukupi kebutuhan anak dan istrinya.

Kompak, Polisi-TNI Sinergi Bantu Warga Kota Mojokerto Terdampak Banjir 

Ipang menceritakan, persoalan ekonomi sulit mulai ia rasakan pada saat Pandemi Covid-19 tahun 2020. Kala itu, Ipang bekerja di pabrik sepatu yang berada di Lingkungan Miji Baru, Kota Mojokerto. Karena kondisi Pandemi Covid-19, Ipang dirumahkan oleh pihak pabrik.

Dia tidak siap dengan kondisi tanpa pekerjaan. Sementara kebutuhan ekonomi keluarga terus berjalan. "Cari kerja di pabrik tapi tidak ada," katanya saat ditemui wartawan di sebuah warung kopi di Lingkungan Kuwung, Kecamatan Kranggan, Kota Mojokerto, Sabtu, 13 Mei 2023.

Ribuan Warga di 4 Kelurahan Kota Mojokerto Terdampak Banjir

Dari situlah ia kemudian pontang-panting mencari sumber penghasilan. Uang tabungan untuk menyambung hidup selama 3 bulan pun mulai menyusut. Hingga suatu ketika, istri mengambil pinjaman uang senilai Rp 3 juta di KSP yang berada di Desanya. Angsurannya Rp 75 ribu satu minggu sekali dengan jangka waktu setahun.

Apalah daya, Ipang tidak mempunyai cukup modal untuk berdagang. Ia terpaksa harus menjual dagangan orang lain  dengan sistem pembagian 30-70 persen. Yakni jualan krupuk, cilok, dan es cincau. Ipang sendiri kebagian 30 persen dari jualan setiap harinya.

Jelang Ramadan, DEMA STIT Raden Wijaya Mojokerto Gelar Baksos

Namun, hasil berdagang itu tidak cukup untuk melunasi hutang. Uang yang didapag hanya cukup buat makan sehari-hari saja.

"Sehari dapat Rp 20-30 ribu, kadang tidak dapat sama sekali. Pokoknya hanya bisa buat makan. Ya mau bagaimana lagi, tidak ada yang bisa dimintai pertolongan," ungkapnya.

Bahkan, anak pertama  yang saat itu berusia 5 tahun masih mempunyai tunggakan di sekolah TK setelah lulus. Tunggakannya senilai Rp 1,5 juta. Sehingga ijazah TK anaknya masih ditahan pihak sekolah. "Waktu masuk SD minta dispensasi karena ijazah TK belum bisa diambil," ujar Ipang.

Mengasur dapat 6 bulan, sang istri kembali meminjam hutang di KSP yang sama. Nominal pinjaman dan angsuran lebih tinggi. Istrinya memijam Rp 4 juta dengan angsuran Rp 100 rubu setiap minggu dan jangka waktu setahun. Sebagian uang itu untuk melunasi kekurangan angsuran lama, sebagian lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Utang pun menjeratnya kian kuat. Sebab saat ini, setiap pekan ia harus mencicil pinjaman dari 3 koperasi. Nilai pinjamannya Rp 1,5 juta, serta masing-masing Rp 1 juta. Jika ditotal, menurut Ipang, utangnya di 4 KSP itu sekitar Rp 10 juta.

"Kemudian sempat nama saja dipinjam teman saya untuk kredit motor. Ternyata tanpa sepengetahuan saya, motornya dijual. Sehingga saya yang dikejar-kejar dua perusahaan leasing," beber Ipang.

Persoalan itu terjadi 2 kali di tahun 2022. Nama dia dan istrinya dipakai orang untuk kredit sepa motor. Kredit sepeda motor Honda BeAT atas nama Ipang dengan angsuran Rp 781.000 per bulan selama 35 bulan. Imbalan Rp 2 juta dari temannya itu membuatnya tergiur. Sebab saat itu, ia benar-benar membutuhkan uang untuk biaya hidup keluarga maupun mengangsur pinjaman 4 koperasi.

Sedangkan, Sepeda Motor Vario atas nama istrinya . Angsurannya mencapai Rp 905.000 per bulan selama 35 bulan. Lagi-lagi, Ipang tergiur iming-iming imbalan Rp 4 juta lantaran terhimpit kebutuhan hidup. Namun, saat itu ia hanya diberi imbalan Rp 2 juta.

Belakangan ia baru mengatahui jika ditipu. Dua orang tersebut tidak mengasur kredit. Bahkan dia sepeda motor tersebut telah dijual. Bak tertimpa batu raksasa, dua leasing datang ke rumahnya melakukan penagihan.

Mereka baru membayar angsuran masing-masing 3 bulan. Ipang pun sempat melanjutkan angsuran Honda BeAT sampai 9 bulan. Hingga Desember tahun lalu, ia tak sanggup lagi.

"Saya cari-cari utangan untuk membayar angsuran sepeda. Sampai angsuran ke 9 saya sudah tidak bisa," terangnya.

Masalah serupa juga dialami Ipang terkait kredit 2 ponsel. Ia harus menanggung kekurangan angsuran sekitar Rp 8 juta setelah temannya kabur. Padahal, namanya yang dipinjam untuk kredit hanya mendapat imbalan Rp 500.000.

Jika ditotal, hutang Ipang dan istrinya saat ini sekitar Rp 68 juta. Ditambah lagi para penagih utang terus datang ke rumahnya.

Iapng tidak menyerah begitu saja. Ia sebagai kepala keluarga terus berusaha mencari jalan keluar menghidupi istri dan dua anaknya. Hanya saja, hasilnya tidak dapat mencukupi untuk kebutuhan hidup.

Oleh sebab itu, kata Ipang, dirinya berniat menjual ginjalnya demi melunasi jeratan hutan dan menyambung hidup. Ia menyebut siap menanggung segal risiko apapun yang terjadi asalkan keluarganya bisa hidup layak.

"Awalnya istri tidak mengizinkan. Setelah saya kasuh argumen akhirnya mengizinkan," tandasnya.

Ipang optimis ginjalnya bakal laku. Sebab selama ini ia tidak pernah merokok maupun menenggak minuman beralkohol. Pemilik golongan darah A ini juga rutin 3 bulan sekali donor darah di PMI Kabupaten Mojokerto sejak SMA. Risiko kesehatan pasca satu ginjalnya diambil juga sudah siap ia tanggung.

Sejauh ini, Bapak dua anak ini telah menawarkan ginjalnya itu melalui medsos. Akun sejumlah nama pejabat pun ia colek agar bersedia memfasilitasinya untuk donor ginjal secara legal. Mulai dari Bupati dan Wabup Mojokerto, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa hingga Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Presiden Jokowi.

Ia juga melakukan hal serupa terhadap sejumlah akun medsos artis papan atas, seperti Raffi Ahmad, Baim Wong. Bahkan, Ipang tak segan meminta tolong dengan menghubungi akun medsos para selebgram dan para ulama Indonesia.

"Tujuan saya donor ginjal yang utama untuk menutup utang. Bila memang ada yang memfasilitasi jalannya, sisa uang untuk buka usaha sendiri bersama istri. Untuk jaga-jaga kemungkinan terburuk, saya minta Rp 100 juta ke atas," tutup Ipang.