TP PKK Trenggalek Komitmen Bangun Ketahanan Pangan dan Pengelolaan Sampah
- Prokopim Trenggalek
Terlebih pembakaran sampah yang dilakukan tanpa menggunakan listrik atau atau bahan bakar. Kepala desa yang menjadi anggota Persatuan Menembak Indonesia (Perbakin) itu mengulas pengelolaan sampah di Desa Taji diawali dari perintah Pengasuh Ponpes Temboro kepada Kades Taji. Yaitu meminta sampah di pondok bisa diatasi.
Permintaan ini disampaikan setelah Kabupaten setempat tidak mampu memberikan solusi terbaik terkait sampah di pondok ini. Yang dilakukan bukan mengolah tapi menyelesaikan sampah. Diawali membuat tempat pembakaran sampah sampai beberapa kali sempat dibongkar terus dibangun lagi. Sebagian sampah dimanfaatkan warga, sisanya baru dilakukan pembakaran.
"Proses pembakaran tidak memakai bahan bakar ataupun listrik. Ada pemilahan basah atau kering tidak dipiliah, kecuali kaca dan logam. Jikalau terbawa masuk ke tungku tidak masalah namun bisa mengganggu pembakaran," ujar Sigid.
Ia meyakini dengan bejana atau reaktor yang menggunakan sedikit bahan kimia dalam ptoses pembakaran tidak menghasilkan emisi gas karbon yang mencemari lingkungan. Atas keberhasilannya Kades ini sempat memaparkan Tekhnologi Tepat Guna (TTG) yang dibuatnya di Kementrian Desa.
Sigid sendiri lebih memilih kata menyelesaikan tidak pada mengolah. Sebab jika menggunakan mengolah berarti semua sampah itu diolah. Sementara dalam menyelesaikan sampah lebih kepada sisa sampah yang bisa dimanfaatkan oleh warga setempat, baru sisanya diselesaikan dengan proses pembakaran.
"Suhu tungku pembakaran bisa mencapai panas 1.300 derajad. Oleh karenanya sampah apapun baik basah maupun kering pasti hancur sehingga sampah ini selesai," imbuhnya.
Sigid menambahkan tungku pembakaran yang dikelolanya bisa mencapai panas 1.300 derajad. Lama durasi pembakaran bisa sampai 2 hari tanpa perlu pematik untuk membakar panas. Sampah yang masuk ke pembakaran langsung lebur terbakar.