Serunya Tradisi Sepak Bola Api di Ponpes Mojokerto Kala Ramadan
- Viva Jatim/M Lutfi Hermansyah
“Seru, panas tapi tak terasa panas. Kita main dengan pelan-pelan saja, tidak tergesa-gesa,” kata salah satu peserta sepak bola api, Ahmad Hamim Muslim.
Pria berusia 22 tahun ini menyebut, tidak ada ritual khusus sebelum bermain bola api atau bahkan . Hanya saja, mereka berkirim doa lebih dulu kepada para pendiri dan sesepuh Pagar Nusa sebelum latihan. Bahkan, ia mengaku tak menggunakan ilmu kebal atau tenaga dalam sekalipun.
“Yang penting mentalnya berani karena yang kita mainkan bukan bola biasa. Setiap membuka latihan kita bertawasul (mengirim doa) kepada pendiri pagar nusa, sesepuh-sesepuh pagar nusa. Seperti main bola biasa, ya kalau dirasakan ya panas. Tidak ada tenaga dalam, hanya doa saja,” ungkap Hamim.
Hamim mengatakan, permainan sepak bola api ini tak lain untuk memperkuat kebersamaan, dengan mengutamakan sportivitas juga kekompakan. Hingga kini, tradisi permainan sepak bola api telah menjadi tradisi tahunan yang masih berlangsung di lingkungan Ponpes Al Hidayah Desa Pulorejo, Kecamatan Dawarblandong. Ia sendiri telah mengikuti sejak tiga tahun yang lalu.
“Kita main ramai-ramai untuk mempererat persaudaraan di Pagar Nusa. Setiap bulan ramadan disini selalu ada sepak bola api setiap tahun. Kegiatan ini juga untuk menunggu waktu sahur,” terang warga Desa Sumber Wuluh, Kecamatan Dawarblandong itu.
Pengasuh Ponsel Al Hidayah, Akmaluniamillah mendukung kegiatan bermain sepak bola api ini. Sebab, dapat menjauhkan para santri dari kegiatan-kegiatan bernilai negatif dan maksiat.
“Kegiatan ini dalam rangka tarkul ma’asih, yaitu di dalam bulan Ramadan harus diperbanyak kegiatan yang bernilai positif. Sehingga mendapat berkah bulan Ramadan,” tuturnya.