Mengenang Kiai Muin, Komandan Pasukan Sabilillah asal Trenggalek

Ponpes Babul Ulum, markas Laskar Sabilillah Trenggalek
Sumber :
  • Madchan Jazuli/Viva Jatim

Trenggalek, VIVA Jatim – Tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia tidak sedikit yang berasal dari kalangan kiai. Salah satunya Kiai Abdul Mu'in asal Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek. Ia menjadi Komandan Pasukan Sabilillah perwakilan Trenggalek.

TPI Itjen Puji Pembangunan Zona Integritas Rutan Trenggalek

Kiai Muin didapuk sebagai komandan untuk bersama-sama dengan daerah lain berjuang merebut kemerdekaan. Bahkan saat Indonesia diusik kembali oleh penjajah, Ia bersama Pasukan Sabilillah berjuang mempertahankan kemerdekaan.

"Dahulu Mbah Kiai Mu'in menjadi Komandan Pasukan Sabilillah, tentara pada zaman dulu dan markasnya juga di rumah sini. Akhirnya tercium oleh Belanda tahun 1948 kalau di sini dijadikan markas, tapi tahunya di sini masjid dan pondok," ungkap putera Kiai Mu'in sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Babul Ulum, Durenan, KH Abdul Fattah Mu'in, Senin, 14 Agustus 2023.

Respons Mas Dhito Masuk Bursa Cawagub dari PDIP Pendamping Khofifah

Kiai Fattah melanjutkan, pada waktu penjajah mengetahui lokasi pondok digunakan markas, akhirnya dijatuhkan bom di wilayah pondok. Namun, bom tersebut tidak mengenai sasaran yang diharapkan oleh penjajah.

"Bom terkena di sebelah selatan jalan, gudangnya orang Tionghoa Ban Li, sehingga hancur," ujarnya.

PDIP Kuasai DPRD Trenggalek, PKB Posisi Kedua

Kendati seorang komandan Pasukan Sabilillah, Kiai Mu'in yang silsilahnya bersambung hingga ke Mbah Yahudo atau Dipokerto, guru dari Pangeran Diponegoro, tak mau diangkat menjadi veteran. Dengan alasan benar-benar berjuang tanpa pamrih mendapatkan imbalan.

Kiai Fattah mengaku, ayahnya sosok yang tangguh dan tulus serta benar-benar pejuang di medan perang. Termasuk menggembleng para santri dan warga sekitar sebagai pasukan tidak takut mati untuk mempertahankan kemerdekaan. 

"Memang beliau pejuang, tetapi tidak mau dijadikan veteran. Pokoknya berjuang lillahi ta'ala, pahalanya besok saja disana tidak ingin di dunia," ulasnya.

Sewaktu ditugaskan ke Surabaya sebelum 10 November 1945 meletus, Kiai Mu'in bertemu Komandan Pasukan Sabilillah dari Kediri, yaitu ulama kharismatik KH Mahrus Aly yang merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo. Dari pertemuan itulah, kedua ulama ini terjalin komunikasi yang erat.

Tak hanya itu, Kiai Mu'in juga menentang keras praktik Romusha yang terjadi sebelum kemerdekaan. Beliau menolak santri-santri dan warga sekitar menjadi pekerja paksa oleh pemerintah pendudukan Jepang dalam mengerjakan proyek infrastruktur, seperti membangun jalan dan lain sebagainya.

Penolakan tersebut langsung disampaikan kepada pejabat wilayah kecamatan setempat. Kiai Mu'in mengecam pemerintahan yang menjadi kaki tangan penjajah lantaran mengeksploitasi warga pribumi untuk diperas tenaga tidak manusiawi.