Dulu Buangan Sampah Kaca, Kini Desa Pandean Tawarkan Arum Jeram-Glamping

Suasana Desa Wisata Pandean Trenggalek
Sumber :
  • Madchan Jazuli/Viva Jatim

Ririn mengaku, jika hanya dibersihkan saja, ia yakin saat pulang, oleh masyarakat akan menjadikan sebagai tempat pembuangan sampah lagi lebih parah.

Polri Rekrut Penyandang Disabilitas Jadi Bintara, di Polda Jatim 3 Orang

Menurutnya, banyak orang yang belum menyadari. Namun dengan edukasi yang dilakukan Ririn bersama relawan lainnya, sedikit demi sedikit masyarakat mulai menyadari. Ternyata semua ini sumber kehidupan yang tidak boleh digunakan untuk membuang sampah sembarangan.

"Kalau sekarang bisa tanya, sungai saat ini digunakan untuk river tubing, koceh kali ada river boarding, susur sungai ada. Umbah-umbah kali, masang bengkeng," terangnya.

Sudah Disiapkan Rp81 M, Pembebasan Lahan Warga Taman Pelangi Belum Beres

Perempuan berkacamata ini menuturkan bawha wisata alam yang terseguh tidak menggunakan alat atau sarana. Melainkan cukup alam saja, karena dibandingkan daerah lain, salah satu keunikan juga mengedepankan kegiatan asli masyarakat.

"Kenapa di Pandean seperti ini tidak mempunyai bangunan buatan. Tapi kita memang mengedepankan kegiatan yang dipakai masyarakat sehari-hari seperti angon wedus dan seterusnya," pungkasnya.

Indahnya Pesona Laut yang Tersimpan di Balik Bisingnya Kota Industri Gresik

Sebagai informasi, potensi kebudayaan yang luar biasa juga ada di Desa Pandean, Kotekan Lesung yang sudah ada sejak zaman penjajahan hingga sekarang masih tetap lestari. Mengingat usia Lesung lebih dari 150 tahun dengan menabuh ibu-ibu lansia yang masih energik memainkan ritme musik membuat suasana lebih kental.

Termasuk juga ada terbang elo yang sudah langka semacam rebana, jidor, gendang panjang. Musik tradisional ini dimainkan oleh 8 orang laki-laki dengan menggunakan suara vokal melengking atau yang dinamakan ngelik. Tak semua orang yang bisa membawakan vokal tersebut karena memiliki karena perlu teknik khusus yang tinggi.

Halaman Selanjutnya
img_title